Oleh: YOPPY YOHANA
Ada ungkapan spontan dari rekan kerja yang
mengatakan, “di zaman sekarang sulit menemukan orang-orang yang jujur”, ada
juga yang mengatakan “kalau terlalu jujur tidak akan mujur”. Itulah gambaran yang mengarah kepada keputusasaan
seseorang di zaman sekarang karena betapa mahalnya orang jujur yang kini kian sulit ditemukan.
Kalimat kedua merupakan gambaran ketakutan seseorang yang tidak percaya diri akan nilai kejujuran
sehingga ia melakukan segala daya dan upaya dengan
menghalalkan berbagai cara hanya untuk meraih ambisinya secara instan.
Memang
tidak dapat dipungkiri di akhir zaman ini, masalah degradasi moral sudah
menghawatirkan sehingga sejak tahun 2010
pemerintah
muncul inisiatif ingin membenahi moral atau akhlak lewat gerakan nasional pendidikan
karakter di sekolah-sekolah. Namun, rupanya pendidikan karakter hasilnya tidak
begitu memuaskan karena tetap masih banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan para murid sampai mahasiswa ditambah lagi ada oknum guru yang berbuat
asusila kepada muridnya. Akhirnya tahun 2013 muncul lagi kurikulum baru, yang
direncanakan eksekusinya bulan Juli mendatang. Tetapi sampai sekarang masih ada
pro dan kontra karena dari draf kurikulum 2013 salah satu isinya diindikasikan
bahasa daerah akan semakin terpinggirkan.
Menjelang
Ujian Nasional bulan April
mendatang, akankah kita semua dan para siswa bisa
berbuat jujur? Entahlah kalau kepentingan sudah bermain, segala cara bisa
dilakukan sehingga membuat segala sesuatunya jadi tidak jujur lagi. Untuk
mendekatkan para siswa dan guru kepada kebiasaan jujur, maka di SMPN 1 Panjalu
Kabupaten Ciamis dibangun “Jamban Jujur” dengan tujuan akan membentuk karakter
jujur dalam kehidupan sehari-hari. Jamban
ini mulai beroprasi sejak awal Januari 2013. Dari
pembiasaan ini diharapkan
semakin menguatkan keyakinan bahwa kita sebenarnya
tidak akan lepas dari penglihatan Allah di manapun berada. Selain
itu diharapkan dalam berbuat jujur, bukan hanya saat dilihat oleh manusia saja
namun ada dua malaikat yang selalu mencatat amal kita.
Jamban
jujur didesain sedemikian rupa, dengan memperhatikan standar kebersihan,
kesehatan dan keindahan sehingga orang akan tertarik untuk masuk dan
mempergunakannya. Untuk menjaga
kebersihan, pengguna tidak diperbolehkan memakai sepatu atau sandal namun ada alas
kaki khusus yang disediakan. Selain bersih, nyaman dan luas jamban ini
juga wangi. Toilet pria dan wanita dibuat terpisah dengan tujuan untuk keamanan
dan kenyamanan para pengguna. Khusus untuk toilet wanita disediakan pembalut
dan tisu yang bisa diambil sendiri kemudian
uang pembayarannya disimpan di
tempat karena
harga sudah tercantum. Bagi mereka yang sudah berolahraga jamban bisa dipakai untuk
ruang ganti sekaligus merapikan diri karena tersedia cermin dan sisir. Ketika mau
keluar, bagi yang ingin menyisihkan sebagian uang jajannya, tersedia kotak
infak yang dananya akan digunakan untuk biaya perawatan kebersihan jamban
tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah
disebutkan adanya fasilitas jamban yang harus disediakan sekolah sebagai tempat
buang air besar dan atau air kecil. Jamban
harus mempunyai dinding, atap, dan seterusnya
yang disediakan untuk peserta didik pria, wanita, dan guru. Sementara
itu menurut Departemen Kesehatan (1995) jamban adalah
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia
dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat
tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Untuk menambah nilai fungsi jamban yang seolah
identik dengan “tempat kotor” atau tempat pembuangan akhir kotoran manusia,
konsep jamban jujur dibuat untuk melatih nilai karakter kejujuran serta
menumbuhkan kesadaran akan arti penting kebersihan.
Penulis, Guru Seni Budaya SMPN 35
Bandung
Dipublikasikan di HU Pikiran Rakyat, Kolom Forum Guru ( Senin,
18/2/2013)
No comments:
Post a Comment