Saturday, August 2, 2014

Mengenalkan Budaya Sunda



Oleh YOPPY YOHANA
Banyak sekali budaya Sunda yang perlu kita kenalkan kepada anak cucu kita supaya generasi berikutnya tidak pareumeun obor atau tuna budaya, tetapi tetap mikawanoh dan bangga terhadap budayanya sendiri. Hasil dari budaya orang Sunda yang terkenal diantaranya: tentang adat dan adabnya, bahasanya, termasuk di dalamnya prilaku sopan-santun, dan cara berpakaian.
Khusus mengenai cara berpakaian orang Sunda menarik untuk dibahas, karena penuh dengan makna dan siloka, tetapi sekarang ini jarang ditemui orang Sunda memakainya.  Seperti diungkapkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (PR, 25 Juni 2012) tradisi Samping Jangkung, Gelung Jucung, Pangsi dan Iket mulai dilupakan.  Sehingga digelar Lomba tentang cara berpakaian tradisional Sunda dengan nama acara: Lomba “ Samping Jangkung, Gelung Jucung, Pangsi Iket Festival 2012” di Purwakarta tanggal 23 Juni 2012.
Menurut penulis, sebaiknya mengenalkan pakaian tradisional Sunda bukan hanya kepada remaja dan orang dewasa yang dianggap sudah tidak tertarik lagi dan terkontaminasi budaya barat, tetapi mengenalkannya harus mulai dari tingkat PAUD, SD, SMP dan seterusnya. Mengenai pakaian Sunda, bukan hanya mengenalkan tetapi harus menjadi pembiasaan di setiap sekolah dan masuk dalam tata tertib sekolah, misalnya cukup satu kali dalam seminggu yaitu tiap hari sabtu semua wajib memakai pakaian tradisional Sunda.
Khusus untuk pakaian batik sekolah, Alhamdulillah kita patut berbangga karena sudah menjadi pembiasaan mulai dari tingkat dasar sampai atas biasanya tiap hari rabu-kamis atau kamis saja karena hari jumat biasanya memakai baju koko. Semua instansi di luar sekolah pun sudah menjadi keharusan ada satu hari untuk memakai batik. Tetapi untuk pakaian tradisional Sunda nampaknya belum ada sekolah yang menentukan satu hari untuk memakainya. Alangkah indahnya kalau misalnya tiap hari sabtu semua siswa dan guru memakai pakaian tradisional Sunda. Kelihatannya lebih membumi dan punya jati diri Sunda. Kalau laki-laki pangsi dengan iketnya, perempuan kebaya, samping jangkung dan gelung jucungnya.
Samping jangkung melambangkan kegesitan. Ibu-ibu Sunda dahulu itu kuat, gesit, cepat, bekerja serta berusaha dengan kelembutan menghadapi berbagai perubahan. Gelung jucung, melambangkan ulet, kuat, dan kerja keras. Ibu-ibu Sunda rambutnya selalu diikat ke atas itu berarti bekerja keras. Pangsi/kampret melambangkan lelaki Sunda itu kuat, cepat dan pekerja keras. Kampret juga melambangkan cuaca di Sunda panas dan dingin. Sehingga terciptalah Kampret dengan dua warna yaitu hitam untuk musim hujan dan putih untuk musim kemarau.
Iket melambangkan kecerdasan antara pikiran dan hati, kecerdasan emosional, intelektualitas dan spiritualitas. Seluruh pembangunan di Tatar Sunda atau Jawa Barat bisa berhasil karena menggunakan pikiran dan hati. Selain itu iket pada bagian depannya berupa segi tiga runcing melambangkan tentang keesaan Allah mengisyaratkan ketika kita dimana saja harus ingat kepada Yang Maha Kuasa.
Pakaian itu merupakan salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Namun yang paling penting bukan hanya memperlihatkan pakaiannya, tetapi memaknai gerak jalan orang Sunda harus maju dan cepat menghadapi perubahan. Jangan sampai orang Sunda kesannya berleha-leha, nyantai dan ngagere ceuli saja persis Si Kabayan. Padahal karakter orang Sunda yang asli adalah gesit, pekerja keras, bersinergi dengan alam, someah dan tegas. Karakter tersebut terlihat bukan hanya dari cara berpakaian tetapi dari huruf atau aksara Sunda pun sudah menggambarkan ketegasan orang Sunda. Lihat saja jenis huruf dan aksara Sunda karakternya seperti angka tujuh atau seperti pacul tidak banyak pupuringkelan seperti aksara dari daerah lainnya.
Mudah-mudahan orang-orang Sunda generasi sekarang dan yang akan datang mampu  menggali potensinya sendiri dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga orang Sunda lebih motekar dan maju dari segala bidang. Untuk kebijakan satu hari dalam seminggu memakai pakaian adat Sunda minimalnya di sekolah dahulu, kita tunggu apakah para pemimpin kita ada yang peduli, bangga jeung nyaah ka budaya sorangan. Masa kalah oleh para pelajar dan mahasiswa luar negeri yang belajar di kita termasuk para turisnya yang bangga memakai pakaian adat kita.

                        Penulis, Guru Seni Budaya SMPN 35 Bandung
Dipublikasikan di HU Pikiran Rakyat, Kolom Forum Guru (Sabtu, 17/11/2012)

No comments:

Post a Comment