Oleh YOPPY YOHANA
Endless Reading
atau Membaca Tiada Henti, itulah tema “Pameran Buku Bandung 2013” yang baru
saja selesai digelar dari tanggal 2 s.d. 8 Oktober 2013 kemarin di Landmark Convention
Hall, Jalan Braga 129 Bandung, dari pukul 09.00 s.d. 21.00 WIB. Tema di atas
menarik untuk dibahas karena sampai sekarang negara kita masih tertinggal dalam
hal minat baca jika dibandingkan negara-negara lain.
Menurut
survey UNESCO (United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization) tahun 2011, menunjukkan bahwa minat baca
masyarakat yang paling rendah di ASEAN (Association
of Southeast Asian Nations) adalah negara Indonesia. Rendahnya minat baca ini dibuktikan
dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 (dari seribu penduduk,
hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi). Pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan
124 dari 187 negara dunia dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
khususnya terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan,
kesehatan dan melek huruf. Indonesia dengan penduduk 165,7 juta jiwa
lebih, hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu
artinya, rata-rata satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang.
Pameran Buku Bandung 2013 merupakan
salah satu sarana untuk menumbuhkan minat baca masyarakat sekaligus merangsang
masyarakat untuk mencintai dunia membaca dan menulis. Lebih dari itu dalam
pameran buku biasanya berkumpul puluhan penerbit dan percetakan sehingga bisa
merangsang para penulis yang bertemu di pameran untuk lebih produktif lagi
dalam menulis buku.
Penulis berharap semangat “Endless Reading” ini bukan hanya milik mereka
yang bisa berkunjung dan membeli buku di tempat pameran, tapi harus bisa
menembus lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat. Jadi siapapun yang
berkunjung harus bisa memotivasi dan menularkan semangat “Membaca Tiada Henti”
ini di lingkungannya masing-masing. Sekolah merupakan lingkungan yang paling
dekat dengan dunia buku sehingga para pendidik khususnya para guru diharapkan
bisa memotivasi siswa-siswinya dalam hal membaca sejak dini.
Dengan adanya BOS buku dari
pemerintah dan dibagikannya berbagai jenis buku pengayaan, penulis yakin tiap
sekolah mempunyai banyak koleksi buku. Namun, masalahnya sudah sejauhmana buku
tersebut dibaca dan dimanfaatkan oleh warga sekolah sampai bisa memahami dan
menghayati isinya. Pada tahun 1995 berdasarkan survei Departemen Pendidikan
Nasional, sebanyak 57% pembaca dinilai hanya sekadar membaca tanpa
memahami dan menghayati apa yang dibaca. Tahun 2013 ini mudah-mudahan awal dari
perubahan untuk gemar membaca di semua kalangan.
Menurunnya minat baca masyarakat
Indonesia tidak terlepas dari kurangnya kesadaran publik akan arti penting
membaca bagi peningkatan kemampuan dan kesejahteraan diri maupun bangsa. Selain
itu, maraknya media elektronik (televisi, internet dan handphone) yang
kebanyakan berisi tayangan hiburan, iklan komersial, pornografi, iklan
komersial, dan hal-hal hedonistis lainnya bisa menjauhkan masyarakat dari
budaya membaca.
Pada tahun 2006 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik menunjukkan, masyarakat Indonesia belum menjadikan
kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi.
Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%), mendengarkan
radio (40,3%) daripada membaca buku/koran (23,5%). Menurut penulis ternyata
bukan hanya di masyarakat, motivasi
membaca di lingkungan sekolah pun masih rendah. Disinilah tantangan dan
kewajiban para pendidik untuk “mengkondisikan” siswa sekaligus gurunya untuk
gemar membaca.
Dari Pameran Buku Bandung 2013
dengan tema “Endless Reading”
mudah-mudahan menjadi semangat baru untuk menumbuhkan minat baca khususnya di
kota Bandung dan bisa menular ke seluruh wilayah Nusantara. Amiin…
*Penulis, Guru Seni Budaya SMPN
35 Bandung
(Terbit di
Koran PR, Senin, 14 Oktober 2013)
No comments:
Post a Comment