Saturday, August 2, 2014

Menularkan Semangat "Endless Reading"

Oleh YOPPY YOHANA

           Endless Reading atau Membaca Tiada Henti, itulah tema “Pameran Buku Bandung 2013” yang baru saja selesai digelar dari tanggal 2 s.d. 8 Oktober 2013 kemarin di Landmark Convention Hall, Jalan Braga 129 Bandung, dari pukul 09.00 s.d. 21.00 WIB. Tema di atas menarik untuk dibahas karena sampai sekarang negara kita masih tertinggal dalam hal minat baca jika dibandingkan negara-negara lain.
Menurut survey UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) tahun 2011, menunjukkan bahwa minat baca masyarakat yang paling rendah di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah negara Indonesia. Rendahnya minat baca ini dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi).  Pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan 124 dari 187 negara dunia dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan melek huruf. Indonesia dengan penduduk 165,7 juta jiwa lebih, hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu artinya, rata-rata satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang.
Pameran Buku Bandung 2013 merupakan salah satu sarana untuk menumbuhkan minat baca masyarakat sekaligus merangsang masyarakat untuk mencintai dunia membaca dan menulis. Lebih dari itu dalam pameran buku biasanya berkumpul puluhan penerbit dan percetakan sehingga bisa merangsang para penulis yang bertemu di pameran untuk lebih produktif lagi dalam menulis buku.
Penulis berharap semangat “Endless Reading” ini bukan hanya milik mereka yang bisa berkunjung dan membeli buku di tempat pameran, tapi harus bisa menembus lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat. Jadi siapapun yang berkunjung harus bisa memotivasi dan menularkan semangat “Membaca Tiada Henti” ini di lingkungannya masing-masing. Sekolah merupakan lingkungan yang paling dekat dengan dunia buku sehingga para pendidik khususnya para guru diharapkan bisa memotivasi siswa-siswinya dalam hal membaca sejak dini.
Dengan adanya BOS buku dari pemerintah dan dibagikannya berbagai jenis buku pengayaan, penulis yakin tiap sekolah mempunyai banyak koleksi buku. Namun, masalahnya sudah sejauhmana buku tersebut dibaca dan dimanfaatkan oleh warga sekolah sampai bisa memahami dan menghayati isinya. Pada tahun 1995 berdasarkan survei Departemen Pendidikan Nasional, sebanyak 57% pembaca dinilai hanya sekadar membaca tanpa memahami dan menghayati apa yang dibaca. Tahun 2013 ini mudah-mudahan awal dari perubahan untuk gemar membaca di semua kalangan.
Menurunnya minat baca masyarakat Indonesia tidak terlepas dari kurangnya kesadaran publik akan arti penting membaca bagi peningkatan kemampuan dan kesejahteraan diri maupun bangsa. Selain itu, maraknya media elektronik (televisi, internet dan handphone) yang kebanyakan berisi tayangan hiburan, iklan komersial, pornografi, iklan komersial, dan hal-hal hedonistis lainnya bisa menjauhkan masyarakat dari budaya membaca.
Pada tahun 2006 berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan, masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%), mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca buku/koran (23,5%). Menurut penulis ternyata bukan hanya di masyarakat,  motivasi membaca di lingkungan sekolah pun masih rendah. Disinilah tantangan dan kewajiban para pendidik untuk “mengkondisikan” siswa sekaligus gurunya untuk gemar membaca.
Dari Pameran Buku Bandung 2013 dengan tema “Endless Reading” mudah-mudahan menjadi semangat baru untuk menumbuhkan minat baca khususnya di kota Bandung dan bisa menular ke seluruh wilayah Nusantara. Amiin…    
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        
*Penulis, Guru Seni Budaya SMPN 35 Bandung
(Terbit di Koran PR, Senin, 14 Oktober 2013)

No comments:

Post a Comment