Surat Sultan Pontianak Syarif Kasim mengirimkan dua Manuskrif
kepada Raffles,1811; Image: Golden Letters, No. L. 9. Photo Courtesy Lontar
Unsur resmi dalam surat kerajaan Melayu dapat diamati pada surat yang disungging dengan indah ini. Surat-surat Melayu secara umum memiliki desain tersendiri dan kaya akan hiasannya, sehingga menghasilkan budaya seni menulis surat yang bermutu tinggi. Berikut ini adalah bagian-bagian dari desain surat Melayu, yang meliputi: kepala surat, cap/segel surat, pujian-pujian surat (bagian pertama teks surat), isi surat, penutup surat, hadiah kepada si penerima, dan iluminasi surat.
a. Kepala surat.
Yaitu ungkapan keagamaan singkat biasanya dalam bahasa Arab, ditulis di bagian atas lembaran kertas dengan khat arab yang ditumpuk atau disebut jenis khat Tsulutsi Jali. Bentuk kepala surat ini ada yang membentuk bidang segi tiga sama kaki, elips, bulat dan sembarang.. Pemilihan kata-kata dan letaknya kadangkala berubah mengikut pangkat penulis dengan penerima dan juga tujuan surat itu ditulis.
Bunyi dari kepala surat yang biasa digunakan yaitu: Qawluhu al-haqq (kataNya benar), al-syams wal qamar (matahari dan bulan) dan lain-lain. Bunyi contoh kepala surat diatas adalah “Qawluhu al-haqq wa kalamuhu al-sidq” (KataNya benar dan ucapanNYa tulus).
b. Puji-pujian
Bagian pertama teks surat mengandung puji-pujian pembukaan dinyatakan dalam bahasa resmi Melayu atau bahasa Arab yang berbunga-bunga yaitu menyatakan nama, gelar serta alamat pengirim dan penerima. Kalimat puji-pujian tersebut biasanya berbunyi:
1. “ Bahwa ini warkat tulus dan ikhlas serta suci putih hati yang tiada berhingga dan kesudahan selagi ada peridaran cakrawala matahari dan bulan, dari pada beta Seri Paduka Sultan Sultan Mahmud Syah yang mempunyai tahta kerajaan kerajaan negeri Johor dan Pahang serta daerah takluknya sekalian. Maka barang disampaikan Tuhan seru alam sekalian apalah kiranaya dating kehadapan majlis sahabat beta ialah Seri Paduka Thomas Raffles,…”
2. “ Fa-hadhihi warkat al-fathirah mim mi al-fuad al-tahirah yang termaktub dalamnya mahtasar al-kalam bi al-saaadat al-abdiat, maka diiringi pula dengan tabik diperbanyak serta hormat tulus dan ikhlas yang tiada berkeputusan madamat alilali wa al-atim ali al-dawan, ialah daripada hamba tuan Sultan Cakra Adiningrat yang menjaga pekerjaan Seri Maharaja Inggris di dalam negeri Madura adanya. Maka barang disampaikan Tuhan seru sekalian alam apalah kiranya ke bawah hadrat Tuan Yang Maha Mulia yaitu tuan Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles....”
Kalimat puji-pujian ini biasanya ditebalkan atau menggunakan khat yang berbeda dari isi selanjutnya.
c. Isi
Kata arab wabadahu (‘setelah itu’) menandai akhir puji-pujian dan awal dari isi, atau inti surat sendiri yang sebenarnya. Misalnya inti dari surat Sultan Syarif Kasim (14 Pebruari 1811) ialah mengeluh kepada Raffles tentang kegiatan perompakan oleh tetangganya, Sultan dan Pangeran Anom dari Sambas.
d. Penutup Surat
Menulis penutup surat kadang-kadang diusahakan ditulis dalam satu baris sehingga ditumpuk menggunakan khat Tsulusi Jali. Selanjutnya diakhiri dengan tanggal dan tempat penulisan dalam penanggalan Islam (Hijriah). Setelah selesai penulisan surat, alamat akan ditulis pada kertas pembalut surat atau pada belakang surat itu. Khusus untuk surat raja biasanya dimaksudkan ke dalam sampul surat sutera berwarna kuning. Surat urusan diplomatik yang penting biasa disampaikan kepada utusan yang ditunjukannya disambut dengan iringan atau upacara adat beradat, sementara surat biasa dihantar oleh nakhoda atau saudagar.
e. Hadiah
Menjelang akhir bagian isi, si pengirim biasanya mengemukakan hadiah yang mengiringi suratnya, atau merupakan salam hangat. Misalnya dalam surat Sultan Pontianak Syarif Kasim memberi hadiah kepada Raffles dua buah manuskrip yaitu satu buku undang-undang dan satu Hikayat Raja Iskandar, sebab Raffles pun pernah memberi kain dan sepasang sepatu emas kepada Sultan. Selain hadiah dalam surat perpisahan dalam Surat perpisahan Panembahan Sumenep kepada Raffles (1816) dan Surat perpisahan Sultan Cakra Adiningrat Madura kepada van der Capellen (1826), disertakan pula ucapan perpisahan atau sekedar salam hangat dari keluarga Sultan.
f. Iluminasi / hiasan surat
Dalam kebiasaan seni menulis surat Melayu, cara mengatur tulisan pada kertas dipertimbangkan dari segi diplomasinya dan keindahan rupa penampilan hiasannya. Hampir keseluruhan surat yang penulis teliti ditulis dalam satu lembar kertas, tetapi kalau lebih dari satu lembar biasanya kertasnya disambung dengan lem atau perekat lainnya dan dijadikan satu lembar sehingga lebih panjang.
Dari delapan surat yang penulis teliti, kertas yang digunakan kebanyakan kertas Eropa buatan Inggris dan Belanda, hanya satu yang dibuat di atas kertas Cina yaitu surat yang paling tua dari Sultan Iskandar Muda kepada Raja James I (1615 M.). Setelah selesai penulisan surat, kemudian dilipat atau digulung sebelum diantar dan dimasukkan ke dalam amplop kain.
Surat kerajaan yang penting biasanya disungging dengan ragam hias bunga, daun, motif geometris dari perak, emas, dan warna.
g. Cap Surat
Di dunia Melayu cap disebut juga sebagai materai, tera, atau mohor dan telah digunakan selama lebih dari 1000 tahun. Bukti dari penggunaan cap yaitu ditemukannya cap Sultan Alauddin Riayat Syah dari Aceh, yang terdapat pada dokumen yang bertarikh sekitar 1602. Dilihat dari bentuknya maupun hiasannya, mungkin Cap Melayu ini paling indah dibandingkan cap yang ditemukan di negara Islam lainnya. Dari segi pembuatan cap pun orang Melayu mungkin ada yang meniru atau terpengaruh cap Rasulullah Muhammad SAW yang terbuat dari perak yang diukir dengan kalimat syahadat. Selain perak ditemukan juga cap yang terbuat dari tembaga, batu dan batu permata yang diikat dengan logam. Mengenai pembuatan cap biasa dilakukan oleh tukang emas menurut desain yang ditetapkan oleh juru tulis.
Sebagai tinta cap atau wadana orang Melayu menggunakan jelaga lampu dan sejenis lilin atau malam. Jelaga lampu untuk warna hitam dan lilin untuk macam-macam warna. Di Timur tengah, ahli filsafat dan teologi Al-Ghazali menyebutkan bahwa tinta dibuat dari vitriol dan sejenis kacang-kacangan, bahan yang sama masih digunakan sampai sekarang di Eropa. Namun komposisinya dapat sangat bervariasi dan bahan-bahan lain juga ditambahkan sejumlah resep biasanya berasal dari para penulis itu sendiri.
Karena sedikit sekali surat Melayu yang pernah diterbitkan atau dibincangkan, kecuali secara terpisah, maka orang pribumi sekarang mungkin belum banyak mengetahui mengenai keberadaanya, apalagi memahami tingginya budaya tulis di Indonesia melalui peninggalan yang berharga ini. Berikut ini contoh-contoh gambar dan foto unsur atau bagian-bagian dari desain surat emas raja Nusantara.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment