Thursday, December 3, 2009

PERKEMBANGAN AKSARA-AKSARA DI INDONESIA

Oleh: Yoppy Y.

Salah satu dari berbagai cara manusia membudayakan dirinya ialah dengan bahasa, yang merupakan alat komunikasi antar sesama. Bahasa itu kemudian diungkapkan juga dengan simbol atau lambang sebagai bahasa tulis disamping bahasa lisan.
Komunikasi adalah poros dari perkembangan kebudayaan manusia di dunia dan komunikasi yang efisien adalah gambar. Manusia mengalami sesuatu dengan melihat, kemudian mendengar. Melalui daya ingat dan penglihatan, maka timbulah bahasa gambar. Bahasa gambar pun berkembang tatkala manusia berbahasa lisan, dari bahasa lisan manusia mengungkapkan gambar-gambar tadi menjadi simbol atau gambar abstrak yang menjadi huruf-huruf sebagai alat penyampaian pesan kepada manusia lain secara tidak langsung. Perkembangan itu pun tak lepas dari saling menyempurnakan dan memberi karakter dan daya dari typografi yang berkembang pada masa itu. Sampai sekarang mungkin sudah beribu-ribu karakter yang sudah terciptakan untuk typografi ini.
Keanekaragaman aksara-aksara Indonesia tidak terlepas dari akulturasi budaya asli Indonesia dengan budaya luar baik itu Arab, India, Persia, Cina dan Eropa. Menurut (J.G. de Casparis, 2002:20) selain memakai huruf Arab untuk teks keagamaan setelah abad ke-11 dan huruf Latin untuk periode yang lebih muda, semua aksara di Indonesia dapat dirunut asal usulnya pada aksara purwarupa India. Purwarupa hampir semua aksara Indonesia adalah aksara yang dipakai khusus oleh raja-raja Pallawa di India Selatan abad ke-14 sampai abad ke-9 M. Pengetahuan kita tentang perkembangan sebelumnya didasarkan pada tulisan-tulisan di atas batu atau logam dari bagian barat Indonesia dan Malaysia.

- Bukti
Sekitar 3000 prasasti diketahui berasal dari zaman kuno Indonesia. Banyak prasasti-prasasti yang hampir hilang terkikis oleh waktu ini ditulis dalam berbagai bahasa: Sansakerta, Melayu Kuno, Jawa Kuno, Bali Kuno, Arab dan Tamil. Membaca dan mengartikan prasasti-prasasti Sansakerta agak lebih mudah karena ditulis dalam bentuk puisi bermetrum India yang membantu kita menebak bagian yang tidak ada atau yang meragukan. Prasasti di Jawa paling banyak berhubungan dengan penetapan sima, yakni perpindahan hak pengumpulan pajak dengan imbalan pemberian lahan atau jasa kepada sebuah lembaga agama di daerah bersangkutan.
- Aksara Pertama
Dalam buku Indonesia Herritage (J.G. de Casparis, 2002:20), menerangkan bahwa, antara abad ke-4 dan ke-8, ada prasasti Sansakerta yang ditulis dalam aksara “pallawa” mirip dengan yang dipakai di India Selatan, Srilangka, dan daratan Asia Tenggara. Bentuk huruf-huruf ini berada antara huruf silabik dan huruf alfabetik. Tidak ada prasasti bertanggal sebelum akhir abad ke-7 dan umur-umur prasasti sebelumnya hanya dapat diperkirakan dengan membandingkan dengan prasasti yang diketahui umurnya di Asia Selatan.
Berikut penjelasan aksara selanjutnya menurut (J.G. de Casparis, 2002:21),
- Aksara Kawi awal
Prasasti Dinoyo dari bagian timur Jawa, tahun 760 M, merupakan contoh kawi atau aksara Jawa Kuno yang paling tua. Meski ada hubungan dengan aksara Pallawa akhir, namun mempunyai ciri khas. Huruf-hurufnya agak menyambung dan sifat monumentalnya telah hilang. Sehingga terkesan berdasar pada suatu sistem yang dirancang untuk menulis pada daun lontar dengan pena seperti naskah-naskah. Aksara ini jelas, berfungsi, dan bertahan dengan hanya sedikit perubahan pada gayanya sampai akhir abad ke-15. Tidak seperti tulisan Palawa yang ditemukan di seluruh Asia selatan dan tenggara dalam bentuk yang hampir sama, huruf Kawi awal khas Jawa dan menunjukkan awal mula bentuk-bentuk proto-regional.
Meskipun aksara Kawi awal sangat sesuai untuk mengungkapkan berbagai bahasa Indonesia, asal-mula lambang-lambang dalam bahasa Jawa kuno tidak diketahui karena berbeda dengan yang dipakai di India atau di daratan Asia Tenggara. Cukup banyak contoh “Kawi Kuno” dari tahun 850-925 M yang kebanyakan ditulis pada dua raja. Kayuwangi (856-882) dan Balitung (899-910) M, bertahta. Lebih sepertiga prasasti Jawa ditulis dengan aksara ini.
- Aksara Nagari awal
Aksara ini barangkali berasal dari India utara, mungkin berhubungan dengan biara Buda di Nalanda, sering disebut Pra Nagari sebab contoh tertua yang dikenal di India hanya berasal dari abad ke-11 dan 12.
- Akasara Kawi Akhir
Prasasti Jawa Timur dan Bali abad ke-10 sampai ke-15 terlihat semakin ada kecenderungan menambahkan unsur hiasan pada huruf dasar. Huruf-huruf aslinya tegak, ditulis dengan tekukan ganda yang anggun sehingga penampilannya langsing. Aksara-aksara abad ke-12 (periode Kadiri) kadang-kadang dibuat menjadi pola yang rumit.
- Aksara Arab
Aksara Arab-Persia terutama digunakan untuk teks keagamaan dan pada batu nisan. Salah satu contoh paling awal adalah prasasti Leran, Jawa bagian timur, abad ke-11, ditulis dengan huruf “Kufi”. Batu nisan Raja Malikus’s-Saleh di Sumatra bagian utara (1297) ditulis dengan huruf Arab biasa, demikian juga nisan Malik Ibrahim di Jawa bagian Jawa bagian timur tahun 1429.

No comments:

Post a Comment