Oleh: Yoppy Y. “Ki Ibun”
Angin segar dan aroma manis sekarang sedang berada di Desa Panjalu, dikarenakan Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Nasional sedang memperhatikan pembangunan di Desa Panjalu. Laksana anak emas atau putra mahkota yang disanjung, semua keperluan atau kucuran dana lancar turunnya. Bahkan sekarang tidak diminta pun pemerintah menawarkan kucuran dananya untuk pembenahan pembangunan di Desa Panjalu. Pemerintah sekarang siap mengembangkan Desa Panjalu menjadi Desa Wisata Nasional.
Sekarang pertanyaannya: Seperti apa sosialisasi yang dilakukan pihak pemerintah daerah dan desa kepada masyarakat yang ada di Desa Panjalu dan kecamatan Panjalu? Apakah semua kepala desa yang ada di kecamatan Panjalu sudah satu tujuan dalam mewujudkan visi dan misi Panjalu menjadi desa Wisata Nasional? Berapa persen masyarakat yang sadar dan mengerti bagaimana kalau bersikap di daerah wisata? Apakah masyarakat Panjalu acuh tak acuh, karena mereka belum tahu dan mengerti pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Panjalu nanti seperti apa?
Sangat ironis sekali kalau pembangunan terus berjalan tapi masyarakat tidak dibekali ilmu dan pelatihan sehingga mentalnya tidak siap bagaimana bersikap di daerah wisata. Tidak adanya keseimbangan pembangunan fisik dan non fisiknya. Kita tengok pembangunan dua tugu dan gapura “selamat datang di daerah wisata ziarah Situ Panjalu” yang satu berada di Pari dan yang kedua berada di Ciomas.
Apakah sudah terasa aura ketika memasuki pintu gerbang sampai keluar pintu gerbang, bahwa kita berada di daerah wisata yang semuannya harus serba tertata dan nyaman? Seharusnya ketika memasuki gerbang Selamat datang yang ada di Pari sampai keluar di Desa Ciomas ataupun sebaliknya pengunjung benar-benar dijamu merasakan penyambutan yang hangat dan nyaman. BAik penyambutan oleh alam, sarana an keramahtamahan warga Panjalu. Itu semua belum terasa, karena jalan sepanjang tugu yang satu sampai dengan tugu yang kedua masih semrawut. Sepanjang jalan tersebut rumput masih tidak terurus, sampah berserakan, dan sepertinya masyarakat pun belum paham. Bagaimana lingkungan di depan rumah apalagi halaman pinggir jalan harus bersih dan nyaman. Apalagi lingkungan di pusat wisata mulai dari masyarakat dan para pengelola pun harus bisa menyambut tamu dengan baik. Keramah-tamahan, akhlak yang baik, positif thingking akan menjadi modal untuk kemajuan wisata di daerah Panjalu.
Pembangunan yang berlangsung sekarang harusnya bukan sekedar akan segera disahkannya RUU Kabupaten Pangandaran menjadi UU oleh DPR sekarang. Kenapa tidak dari dulu Pemkab. Ciamis memperhatikan semua daerah dengan merata dan adil termasuk Desa Panjalu. Kalau ada kepentingan dan kemauan baru diperhatikan. Padahal sudah berpuluh-puluh tahun Desa Panjalu memberikan sebagian penghasilannya ke pihak kabupaten dari Wisata Ziarah Situ Panjalu dan Curug Tujuh.
Pembangunan di Desa Panjalu masih belum memuaskan. Karena sudah lama sekali Panjalu menjadi daerah Wisata dengan penghasilan yang menggiurkan. Untuk membantu pembangunan, beruntung Panjalu memiliki orang- orang yang dermawan seperti H. Uce, H Enan dan sesepuh lainnya, seperti Wa H. Atong dan Wa H. Nasuha yang memperhatikan untuk kemajuan Panjalu. Panjalu tidak mengandalkan bantuan dari pemerintah daerah saja beberapa fasilitas umum dibangun dari swadaya masyarakat Panjalu. Seperti beberapa ruang VIP di Puskesmas Panjalu, Masjid Situ dan pasilitas pendidikan lainnya.
Apakah setelah Panjalu dibangun kembali dan semakin besar penghasilannya untuk pendapatan daerah Kabupaten Ciamis, mulai diabaikan lagi? Akankah menjadi Kabupaten Baru untuk masyarakat Ciamis Utara? Seperti yang terjadi sekarang Kabupaten Pangandaran untuk masyarakat Ciamis Selatan.
Masyarakat Panjalu lebih beruntung lagi mempunyai karuhun atau sepuh-sepuh para Raja sekaligus Waliyullah yang mewariskan ilmu dan harta kekayaannya serta patilasan sehingga membawa berkah sampai sekarang. Itulah bedanya para Pemimpin dahulu dengan sekarang. Pemimpin atau Raja dahulu mampu memberikan manfaat dan berkahnya walau mereka sudah meninggal.
Masyarakat atau buyut-buyut Panjalu harusnya bangga dan bersyukur lebih bahkan harus bisa mentafakuri warisan-warisan yang diberikan para Raja terdahulu, mulai dari ilmu, papagon, akhlak-akhlak yang mulia serta peninggalan lainnya. Itu semua adalah bukti perjuangan dan semangat para karuhun sebagai para pendiri kerajaan dan yang membuka perkampungan di wilayah Panjalu. Yang paling penting adalah warisan perjuangan kaislaman, atau ketauhidan, kebijaksanaan, dan akhlak yang mulia.
Sadar ataupun tidak sadar dengan adanya patilasan tersebut, dari dulu, sekarang dan yang akan datang masyarakat Panjalu merasakan manfaatnya baik besar ataupun kecil. Dari berbagai daerah silih berganti mengunjungi Panjalu. Dengan banyaknya pengunjung masyarakat Pajalu bisa membuka lapangan kerja baru baik jasa ataupun materi/dagangan.
Karuhun Panjalu tidak mewariskan sifat kekerasan, kesombongan dan bangga akan daerah atau golongannya. Islam adalah saudara, Karuhun Panjalu tidak hidup di Panjalu saja, melainkan pernah hidup di daerah-daerah Ciamis lainnya, bahkan sampai ke Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, Jampang, Banten dan lain-lainnya. Namanya pun banyak sekali sesuai dengan daerah ia tinggal. Jadi jangan sampai adanya permusuhan atau ujub ria takubur merasa paling benar atau jago karena ia adalah keturunan Raja Panjalu. Semuanya adalah saudara, buyut-buyut Raja-raja Pasundan jadi tidak boleh orang Panjalu bermusuhan dengan orang Sumedang atau orang Bandung karena masij satu keturunan.
Mereka sayang kepada keturunan setelah mereka, sekarang termasuk kita sebagai buyut-buyutnya dan yang akan datang. Terbukti Situ Panjalu, Bumi Alit, dan patilasan-patilasan yang tersebar di Kecamatan Panjalu menjadi berkah dan menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar. Dari penghasilan Wisata ziarah, ratusan juta rupiah terkumpul tiap tahunnya. Harusnya bangga Desa Panjalu bisa menghasilkan uang sebanyak itu, tinggal memenej nya secara adil, merata dan transparan.
Sekarang masyarakat mulai pintar dan jeli, mereka inginikut serta dan berperan aktif dalam kepariwisataan di Panjalu. Mereka ingin berusaha juga dan ingin menikmati langsung berkah dari wisata Ziarah ini.
Memang masyarakat Panjalu belum semua merasakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dari adanya Wisata Ziarah tersebut. Masyarakat yang belum terlibat ingin bisa terlibat dan terjun langsung bisa sebagai guide atau penyambut tamu, pedagang ataupun jasa lainnya.
Berbicara soal pembangunan yang menjadi perhatian utama, bukan hanya pembangunan fisik tetapi non fisik pun harus dibangun sehingga terjadi keseimbangan. Yang namanya tidak seimbang tentu tidak bagus dan akan pincang.
Kita lihat program pembangunan di Desa Panjalu, misalnya: Taman, jalan, pintu gerbang, terminal dan kios-kios yang ada di sekitar situ. Apakah akan diimbangi dengan adanya penbangunan mental rakyat Panjalu supaya siap menerima kemajuan zaman dengan tidak diperbudak oleh urusan dunia? Apakah pemerintah akan membangun pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, Masjid serta pusat-pusat pendidikan dan pelatihan. Apakah dengan kemajuan di bidang pembangunan di Desa Panjalu, pengajian-pengajian akan semakin maju atau diaktifkan lagi? Apakah masyarakatnya akan semakin pintar atau tingkat pendidikannya semakin tinggi? Kita lihat nanti kalau kita tidak mau hancur berarti kita bangun dulu mentalnya SDMnya juga harus kuat.
Kewajiban pemerintah untuk mensosialisasikan ke semua masyarakat kecamatan Panjalu untuk menyatukan visi misi, maju bersama membangun mental dan fisiknya. Sekarang memang belum seimbang, apakah akan siap bila pembangunan fisik lebih dominan dibandingkan dengan non fisik?.
Ini bukan ciri Desa Wisata apabila hanya fisik yang diutamakan sementara mental dan lingkungan alam diabaikan. Bagaimana mungkin masyarakat akan menerima tamu atau pengunjung dengan senyuman dan keramahtamahan serta kegembiraan apabila mereka tidak tahu tentang ilmu keramahtamahan.
Ditambah lagi apabila dari segi ekonomi masyarakat Panjalu belum sejahtera, tidak mungkin bisa tenang menyambut para peziarah atau wisatawan ibarat memperlakukan seperti raja. Mereka adalah konsumen yang harus diperlakukan seperti raja supaya lebih betah dan nyaman tinggal di Panjalu.
Apakah taman yang dibangun sekarang akan membuat nyaman para tamu dan masyarakat sekitar? Apakah akan terganggu dengan udara yang semakin panas atau banyaknya sampah yang berserakan?
Sekarang kita lihat Pembangunan pintu gerbang Bumi Alit yang megah, apakah masyarakat tahu akan maksud dan tujuan semboyan yang menempel di atas pintu gerbang tersebut?
Berikut ini hasil wawancara tanggal 19 0ktober 2009 dengan Drs. Nasuha Risagarniwa. Beliau memaparkan tentang perkembangan pariwisata di Panjalu:
Perubahan ke arah pertumbuhan dan perbaikan pada umumnya iya. Secara fisik perubahannya signifikan kecuali non fisiknya masih perlu diusahakan dan ditingkatkan. Pemahaman tentang Situ Panjalu sebagai warisan karuhun masih perlu ditingkatkan, jangan sampai amanah/papagon dan peninggalan yang diberikan karuhun Panjalu hanya diartikan secara harfiah. Tetapi harus ada esensi nilai keislamannya atau ketauhidan. Borosngora membawa dua kalimah syahadat jangan sampai masyarakat mengkultuskan bendanya tetapi melupakan ajaran Islamnya. Fisik dan non fisik tidak bisa dipisahkan.
Desain Angenering Detil nya 2010 untuk Panjalu sudah dibuat. Insyaallah akan ada wilayah hijau, wilayah untuk para pedagang/kios, parkir dst. Menjelang Panjalu sebentar lagi akan menjadi wilayah transit, untuk menuju Bandara International yang ada di Majalengka. Jalur dari Panjalu ke Tasikmalaya adalah Bandung, dari Panjalu ke Ciamis adalah Jawa Tengah.
Jalur tersebut semuanya akan di hotmix dan jalur Panjalu menuju Cirebon pun akan di hotmix. Untuk embarkasi haji pun tidak lagi di Halim lagi tapi di Majalengka. Berarti Panjalu akan menjadi Pintu Gerbang, jalur rame dan wilayah transit menuju Bandara Internasional. Kami orang-orang tua yang ada di Panjalu berusaha supaya di Panjalu tetap menjadi Wisata Ziarah karena Karuhun Panjalu adalah seorang Raja sekaligus Wali. Situ Panjalu akan dikembaliklan (back to basic) ke alam, tidak mau Ancol ke Panjalu, tidak mau membawa beton ke Panjalu, jadi harus alami. Meskipun Teknologi tetap masuk tetapi tidak merusak. Keliling Situ Panjalu akan dibuat jogging track, akan dipasang lampu-lampu juga, semuanya menginginkan serba alami. Orang Panjalu menolak adanya Hotel di Panjalu, karena tidak mau merusak lingkungan Panjalu menjadi jauh dari agama, biarlah di luar Panjalu saja. Kemungkinan untuk pembangunan Hotel akan berada di Kawali dan Panumbangan sebagai kecamatan penghubung menuju Panjalu.
Untuk kelestarian ekosistem yang ada di Situ Lengkong dan keseimbangan air Situ, menolak orang-orang Panjalu menyediakan botol-botol, yang nantinya semua peziarah membawa air dari Panjalu sehingga berapa puluh ribu liter air yang dibawa, padahal penghijauan yang ada di Panjalu belum seimbang. Pintu Gerbang atau Gapura menuju Bumi Alit para sesepuh Panjalu minta supaya Islami. Makanya ada tulisan fainnama tadhabun (mau kemana kamu pulang) sehingga para peziarah tidak lupa kita semua akan pulang ke akherat. Jadi tulisan tersebut sebagai media dakwah, kalau berada di bumi alit pun ketika melihat keris dan benda-benda lainnya tidak akan disembah, karena dimanapun ibadah harus tetap tujuannya kepada Allah.
Tata ruang yang ada di Panjalu pun mulai berubah, Kecamatan telah pindah ke Garahang, terminal pun akan dipindahkan ke Garahang. Untuk paketnya nanti akan ada wilayah pendidikan, wilayah perkantoran, wilayah wisata dan lain-lain. Air dari Gunung syawal sekarang sudah nyampai ke Panjalu, menurut beliau dana dari Kabupaten yang turun sekitar 746 juta.
Orang Panjalu pun jangan sampai ngagugulung cangkang dari sejarah Panjalu. Pemahaman-pemahaman masyarakat sekarang sudah mulai bijak dan tidak menjadikan budaya-budaya yang ada di Panjalu menjadi hal yang musyrik. Air dari pencucian benda tidak lagi diminum, dipakai mandi dll. Para ulama pun tidak mengatakan lagi budaya nyangku adalah musyrik. Karena dari niat dan tujuan adanya nyangku adalah untuk merawat saja peninggalan sejarah dan menghargai perjuangan para karuhun dalam menyebarkan agama Islam.
Dengan usianya yang ke 71 tahun kasepuhan yaitu H. Nasuha Risagarniwa masih tetap semangat memberikan motivasi sekaligus penjelasan kepada saya dan istri saya, di kediamannya. Sebelum menutup pembicaraan beliau mengungkapkan Moto hidupnya yaitu mengalir seperti air dan semangat dalam berjuang. Diskusi pun selesai ketika waktu magrib tiba.
Sesepuh Panjalu lainnya yaitu: Wa H. Atong Cakradinata di dikediamannya mengungkapkan supaya warga Panjalu tidak melupakan sejarah. Apalagi ini sejarah perkembangan agama Islam di Panjalu. Usia beliau hampir 81 tahun tetapi daya ingatnya masih kuat dan tetap semangat menceritakan perjuangan karuhun Panjalu untuk membangun ka Islaman di Panjalu. Buktinya pun terasa sampai sekarang dan menjadi rijki bagi masyarakat dan pemerintah kita.
Di awal Desember pun Kepala Desa Panjalu yaitu Doni Heryawan bersikap sangat optimis ketika kami diskusi di kediamannya, bahwa kedepannya Panjalu akan lebih maju dan banyak didatangi para peziarah ataupun wisatawan baik domestic ataupun luar negeri. Tetapi belum adanya kerjasama yang baik antara pemerintah desa engan kabupaten dalam mempromosikan dan sosialisasi dengan warga.
Tugas kita adalah harus siap segalanya supaya menjaga Panjalu tetap alami dan mampu memberikan berkah lagi ke depannya. Jangan sampai tanah Panjalu menjadi murka sehingga tidak berkah.
Ingat tujuan hidup yaitu selamat dunia dan akherat maka harus innalillahi wainnailahi rojiun. Jangan sampai tujuan para karuhun dengan yang mengisinya sekarang atau generasi yang akan datang teu sapagodos. Para karuhun mendirikan Panjalu yaitu dengan “lailahailallah muhammadarrosululloh”. Maka generasi sekarangpun jangan sampai jauh dari sahadat, harus sama tujuannya.
Mudah-mudahan tidak terjadi di Panjalu seperti gempa yang terjadi di Aceh, Yogya, Padang atau bencana yang terjadi di Pangandaran dll. Itu semua terjadi karena yang mengisinya sudah jauh dari agama, sombong dan serakah.
Wallohualam….. yoppy y. 5/12/09
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waw great Dear,..coba dari dulu punya blog he he. Tetep semangat menulis yach.....
ReplyDeletemakasih bunda....supportnya. he2 jadi belajar menulis!
ReplyDelete